Kamis, 24 Maret 2011

Perbedaan Manusia Dengan Binatang Dalam Memenuhi Kebutuhan


PERBEDAAN MANUSIA DENGAN BINATANG DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN
Mengapa manusia harus bekerja, dan binatang tidak? Karena binatang langsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhanya dari alam, sedangkan manusia tidak. Alam, dengan sendirinya, belum sesuai kebutuhan manusia. Manusia harus mangubah alam, baru ia dapat hidup darinya: ia tidak begitu saja menemukan makanannya di hutan, melainkan harus mempersiapkan jauh-jauh; ia tidak begitu saja dapat tidur dimana juga, melainkan perlu membangunan perumahan; dan dalam musim dingin di Negara-negara utara ia tidak akan bertahan andaikata ia tidak mempunyai pakaian hangat dan pakaian itu tidak tumbuh di pohon-pohon.
Pekerjaanlah yang membedakan manusia dari binatang. Binatang itu satu dengan alam, binatang hanya dapat bergerak dalam lingkungan alam yang tertentu dan disana ditemukan segala apa yang diperlukanya untuk hidupnya. Lain halnya manusia. Ia mahluk ganda yang aneh. Di satu pihak ia mahluk alam seperti benatang. Ia membutuhkan alam supaya dapat hidup. Di pihak lain ia berhadapan dengan alam  sebagai yang asing baginya. Ia harus dulu menyusaikan alam dengan kebutuhan-kebutuhannya. Ia tidak terbatas pada bidang alam yang tertentu, melainkan dapat hidup dimana-mana, dan dapat mempergunakan bahan yang berbeda-beda untuk tujuan yang sama. Begitu para penghuni Chad, dalam keadaan iklim sahara, membangun rumah mereka dengan tanah liat. Di Indonesia, rumah dari tanah liat tentu akan hanyut di musim hujan. Di Indonesia orang membuat rumah dari bamboo yang ada di mana-mana, murah dan mudah di kerjakan, dan sesuai dengan iklim. Orang Italia memakai lantai dari batu karena iklimnya panas, orang Rusia memakai kayu karena menahan panas dari iklimyang sangat dingin. Orang Eskimo bahkan membangun rumahnya dari salju. Adlah keutamaan manusia bahwa ia tidak tergantung dari lingkungan alam tertentu, melainkan dapat memakai seluruh alam demi tujuannya yang macam-macam. Itulah yang diperbuatnyadalam pekerjaan.
Buat Marx pekerjaan adalah tanda bahwa manusia, berlainan dengan binatang, merupakan mahluk yang bebas dan universal. Bebas, karena manusia tidak hanya melakukan apa yang langsung menjadi kecondongannya. Anjing, misalnya, yang melihat sepotong daging akan langsung memakannya; ia secara buta mengikuti nalurinya. Tetapi manusia tidak demikian. Pun apabila manusia lapar dan diatas meja ada makanan enak, ia toh tidak akan langsung makan tetapi berpikir dulu apakah langsung mau makan atau menuggu dahulu sampai tuan rumah dating. Manusia menghadapi kebutuhan-kebutuhannya sendiri dengan bebas. Oleh karena itu ia tidak memakan habis alam, melainkan mengerjakannya. Dengan tetap Hegel menyebut “nafsu yang tertahan”.
Menurut Marx, manusia itu universal karena ia tidak terikat pada lingkungan alam yang terbatas. Seekor lebah dapat membangun rumahnya dari bahan tertentu, begitu pula burung-burung. Dalam lingkungan yang asing, binatang itu mati. Tetapi manusia tidak begitu, sebagaimana kita lihat pada contoh diatas. Manusia berjauhan, dengan seluruh alam. Justru karena itu manusia dapat mempergunakan seluruh alan demi tujuan-tujuannya; seluruh alam dapat menjadi bahan pekerjaannya. Ia berhadapan dengan alam secara universal. Marx mencatat, hanyalah manusia yang dapat berproduksi menurut hukum-hukum keindahan. Tidak mengherankan, Marx melihat pekerjaan sebagai tanda martabat manusia.[1]



[1] [1] Magnis Suseno Franz. 2005. Pemikiran Karl Marx; Dari Sosialis Otopis Ke Persilisihan     
                Revosionisme. Jakarta: PT  Gremedia Pustaka Utama.

Kamis, 17 Maret 2011

Kritik Karl Marx terhadap kritik Feuebach tentang agama


*      Kritik Karl Marx Terhadap Kritik Agama Feuerbach
Pada prinsipnya Marx menerima pola kritik agama feuerbach dengan mengikuti Feuerbach, Marx menulis “manusia yang membangun agama, bukan agamalah yang membangun manusia.” Agamalah perealisasian hakikat manusia dalam angan-angan, tanda keterasingan dari dirinya sendiri.
Tetapi Marx mengkritik bahwa Feuerbach tidak mempersoalkan mengapa manusia sampai mengasingkan diri kedalam agama?
Feuerbach hanya menyebut keterasingan manusia dalam agama tanpa mempersoalkan mengapa sampai terjadi demikian, Menurut Marx,  bergandengan dengan kelemahan Feuerbach yang lain lagi: manusia yang dibicarakan abstrak. Feuerbach selalu berbicara tentang manusia, tetapi manusia itu tidak ada. yang ada hanyalah orang-orang yang konkret, pada zaman tertentu, dan sebagai aggota masyarakat tertentu. Manusia itu ditentukan dalam keadaan masyarakatdan Negara dimana ia hidup. Manusia adalah dunia manusia, Negara masyarakat.
Marx mengatakan mengapa manusia sampai merealisasikan secara khayalan saja, di dalam agama. Jawaban Marx, terpaksalah manusia puas dengan perealisasian diri dalam agama saja, karena keadaan masyarakat tidak mengizinkan merealisasikan hakikatnya secara sungguh-sungguh. Tata susunan masyarakat sedemikian rupa sehingga manusia tidak bisa menjadi manusia sungguh-sungguh. Akar agama, menurut Marx, terletak didalam keadaan masyarakat yang tidak manusiawi.
Dalam kritik Marx terhadap kritik agama Feuerbach ternyata terkandung dua paham dasar yang akan menjadi dasar pula dalam teori masyarakat Marx kelak. Paham yang pertama adalah Marx akan selalu membedakan antara kenyataan yang sebenarnya atau basis disatu pihak, dan ungkapan atau gejala dipihak lain. Begitulah, keterasingan manusia dalam agama hanyalah gejala atau ungkapan keterasingan,  yang menjadi dasar adalah keterasingan dalam masyarakat. Marx akan selalu bertanya: dalam suatu permasalahan, apakah yang merupakan basis yang sebenarnya dan apa yang hanya merupakan ungkapan atau pencerminan ataupun bangunan atas daripada basis itu? Marx, misalnya, akan mengatakan bahwa hubungan-hubungan social dalam kegiatan ekonomilah yang merupakan basis, sedangkan kegiatan politik hanya merupakan pengungkapan, kesimpulanya, yang penting bukan kegiatan politik tetapi hubungan-hubungan dalam bidang ekonomi. Bigitu pemikira manusia, cita-citanya, penilaian-penilaiannya, hanya merupakan pencerminan dari dasar itu, yakni kegiatan ekonomis. Maka hendaknya menurut Marx, kita jangan merubah pencerminannya. Yang perlu kita ubah adalah dasar nyata yang dicerminkan itu.
Paham dasar kedua adalah agar manusia jangan melihat secara abstrak, melainkan sebagaimana yang ia ditentukan oleh keadaan masyarakat disekelilingnya. Keadaan hidupnya yang konkret itulah yang mencegah perealisasian diri manusia secara sungguh-sungguh. Oleh karena itu, Marx tidak berhenti pada kritik agama. Agama itu hanya suatu tanda bahwa keadaan dunia sendiri tidak beres. Kita harus mengubah dunia, supaya manusia bisa menjadi manusia sungguh-sungguh.  Mengkritik agama hanya berarti mengkritik gejala: yang harus kita hapus adalah sumber gejala itu.
Dengan demikian, Marx sekaligus meninggalkan kritik agama. Dalam teori kritik agama tidak memainkan peranan lagi. Bidang Marx yang sebenarnya adalah masyarakat. Masyarakatlah yang harus diubah.[1]











[1] Magnis Suseno Franz. 2005. Pemikiran Karl Marx; Dari Sosialis Otopis Ke Persilisihan     
                Revosionisme. Jakarta: PT  Gremedia Pustaka Utama.

Kamis, 10 Maret 2011

Filsafat ludwing feurbach





Pemikiran Feuerbach
Feuerbach menempatkan kepastian inderasi: realita yang nyata dan dasar adalah realita yang kita tangkap melalui panca indra, yang kita lihat, kita pegang, kita dengar, dengan manusia indrawi sebagai pusatnya.
             Feuerbach mengkritik agama,  Inti kritik agama Feuerbach adalah bukanlah tuhan yang menciptakan manusia, melainkan sebaliknya tuhan adalah ciptaan angan-angan manusia. Agama hanyalah suatu proyeksi manusia. Allah, Malaikat, Surga, neraka tidak mempunyai kenyataan pada dirinya sendiri., melainkan hanya merupakan gambar-gambar yang dibentuk manusia tentang dirinya sendiri, cerminan isi hati manusia yang kemudian melemparkan, melalui daya hayal, kedalam surga angan-angan saja. Beragama itu tidak berarti mengambil sikap terhadap mahluk adikodrati, melainkan terhadap khayalan manusia tentang dirinya sendiri. Apa yang dikatakan oleh Allah, Surga, dan neraka itu sebetulnya perkataan manusia tentang dirinya sendiri. Isi-isi agama sebenarnya hanya realita manusia sendiri saja yang diproyeksikan kedalam surga.  Tetapi karena manusia sendiri tidak memahami bahwa agama itu sebenarnya hanya hakikatnya sendiri, maka dalam agama hakikat manusia diasingkan dirinya. Agama adalah tanda keterasingan manusia dari dirinya sendiri.
            Untuk keluar dari keterasingan itu, untuk mencapai hakikatnya sendiri yang sebenarnya, manusia harus meniadakan agama. Kita harus mengerti, masalahnya bukanlah tuhan yang maha kuasa, maha bijaksana, maha baik, maha murah hati, maha adil, melainkan manusia sendiri yang kuasa, bijaksana, baik, murah hati dan maha adil. Apabila manusia menemukan dirinya sendiri didalam agama, dia mengembalikan hakikatnya pada dirinya sendiri dan dengan demikian akhirnya menjadi manusia yang kaya, manusia yang betul-betul manusiawi. Manusia yang beragama buat Feuerbach adalah manusia yang miskin, karena ia telah melemparkan kekayaan kodratnya kedalam dunia angan-angan. Kekayaan hakikat manusia, dengan demikian, menghadapi manusia sebagai  mahluk yang asing, yakni sebagai Allah, dan dihadapan ia membungkuk. Penderitaan manusia adalah tempat kelahiran Allah, kata Feuerbach. Apabila manusia mengerti kenyataan itu dan menarik kembali agama kedalam dirinya sendiri, ia akan menjadi mahluk yang kaya dan sanggup untuk membangun suatu dunia persaudaraan yang baru.
             Bagian kritik Feuerbach yang paling berpengaruh ditatanan masyarakat sampai hari ini adalah kritik masalah agama. Pemikiran feurbach menurut saya sendiri sangat ateis sekali, menurutnya  diatas yang sangat bertentangan  adalah bukanlah tuhan yang maha kuasa, maha bijaksana, maha baik, maha murah hati, maha adil, melainkan manusia sendiri yang kuasa, bijaksana, baik, murah hati dan maha adil. Dan feuerbach menyatakan bukanlah tuhan yang menciptakan manusia, malah sebaliknya tuhan adalah ciptaan angan-angan manusia.  Allah, Malaikat, Surga, neraka tidak mempunyai kenyataan pada dirinya sendiri., melainkan hanya merupakan gambar-gambar yang dibentuk manusia tentang dirinya sendiri, cerminan isi hati manusia yang kemudian melemparkan, melalui daya hayal, kedalam surga angan-angan saja. Pemikiran Feuerbach diatas adalah seakan-akan manusialah yang  paling berkuasa di muka bumi ini dan tiada satupun yang setara dengan manuasia.
            Di atas Feuerbach hanya membicarakan manusia terasing pada dirinya sendiri karna adanya agama tapi ia tidak membicarakan tentang mengapa manusia sampai mengasingkan diri kedalam agama?  Feuerbach hanya menyebut keterasingan manusia dalam agama tanpa mempersoalkan mengapa sampai terjadi demikian.