Jumat, 15 April 2011

Filsafat Sejarah Karl Marx


BAB I
PENDAHULUAN
I . Latar Belakang Masalah
Pandangan materialis sejarah banyak difahami salah, baik oleh kaum marxis sendiri maupun oleh lawan- lawan mereka. Kata yang paling menyesatkan ialah kata “materialis” karena itu Marxisme sering disebut sebagai salah satu bentuk materialism. Bukan hanya oleh yang anti materialis, Engels pun demikian. Padahal diseluruh karya Marx hampir tidak diketemukan uraian apapun tentang materialisme, yaitu sebagai anggapan bahwa realitas terakhir alam semesta adalah materi. Alam semesta tidak pernah dipersoalkan oleh Marx. Marx hanya bicara tentang mesyarakat, dan dalam hubungan ini “ materialism” hanya berarti bahwa kegiatan pekerjaan jasmaniah atau produksi adalah kegiatan dasar manusia dan bukan pemikirannya. Maka, untuk dapat mengerti mengapa Marx begitu mempesonakan banyak orang sampai sekarang, perlu kita membebaskan diri dari anggapan yang simplistic dan berusaha untuk menemukan isi rasionilnya.
Dalam materialism historis diungkapkan bahwa manusia hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Manusia pada hakekatnya adalah insan sejarah. Selanjutnya bila diandaikan bahwa sejarah terpatri dalam peristiwa-peristiwa masyarakat, maka seyogyanya pada saat sama sejarah juga diletakkan dalam keterkaitannya dengan masyarakat. Manusia sebagai pemangku sejarah tidak lain hanyalah keseluruhan relasi-relasi masyarakat. [1])
Harapan Marx sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan para sosialis prancis, bahkan dari para filosof pencerahan, yakni menuju masyarakat yang lebih adil dan mencapai kebebasan bagi manusia seluruhnya. Akan tetapi Marx selalu menentang faham kebebasan yang difahami oleh liberalisme dan individualism yang didukung oleh para filosof prancis dan inggris. Selama masyarakat masih terkotak-kotak dalam kelas-kelas, kebebasan yang didengungkan hanyalah dalih-dalih untuk menutupi sistem yang menindas, sebab selama ada institusi hak milik privat atas alat produksi, kelas pekerja tetap tergantung pada pemilik modal. Keprihatinan dasar Marx sebagai seorang filosof humanis sebenarnya adalah bagaimana cara menghapus alienasi dan mengemansipasi masyarakat seluruhnya. [2]


[1] Dalam pandangan Marx manusia harus selalu dipahami dalam kerangka struktur yaitu suprastruktur dan basicstruktur. Suprastruktur merupakan cermin kristalisasi lapisan bawah yang didalamnya memuat bidang sosial, politik, budaya, agama, filsafat dan kesenian. Sedangkan penggerak dari suprastruktur diatas adalah sistem ekonomi. Jadi basis gerak masyarakat dikembalikan pada kondisi material. Marx melukiskan keterhubungan kondisi material kehidupan manusia dan ide-ide yang turut serta dengannya lewat kalimat “it is not the consciousness of men, that the determines their being, but on the contrary, their social being that determines their consciousness” Andi Muawiyah Ramly, peta pemikiran Karl Marx…hal 133.
[2] F. Budi Hardiman, Filsafat Modern…hal 239.


2. Rumusan masalah.
Setelah menganalisis latar belakang masalah di atas masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimana konsep filsafat sejarah dalam pandangan karl marx?
2.      Bagaimana latar balakang kemunculan filsafat sejarah karl marx?
3.      Kritik terhadap filsafat sejarah karl marx.

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN FILSAFAT SEJARAH KARL MARX
Pemikiran Marx tidak terlepas dari situasi yang terjadi pada abab 18 dan 19 yaitu perkembangan industri sebagai dampak dari Revolusi Industri yang diawali di Inggris.[3]) Marx melihat ada ketidakberesan dalam masyarakat yang dijumpainya karena muncul muncul ketidakadilan dan manusia terasing dari dirinya sendiri. Keterasingan ini sebagai dampak dari hak milik pribadi atas alat-alat produksi. Hak milik atas alat-alat produksi ini menjadikan perbedaan kelas antara kelas atas kelas bawah. Bentuk struktur dan hubungan yang terjadi dalam bidang ekonomi ini dicerminkan dalam dalam struktur kekuasaan di bidang sosial-politik dan ideologi.
Munculnya kelas-kelas sosial dan hak milik atas alat-alat produksi disebabkan karena usaha manusia untuk mengamankan dan memperbaiki keadaan hidup. Usaha ini dilakukan dengan pembagian kerja yang semakin spesialis. Pembagian yang semakin spesialis inilah yang akhirnya membuat perbedaan tajam antara hidup sesorang yang berada di kelas atas ( karena dia menguasai alat-alat produksi sehingga tidak perlu bekerja tapi memperoleh penghasilan yang tinggi) dan kelas bawah ( ketiadaaan kepilikan alat-alat produksi memaksa kelas bawah/pekerja bekerja keras untuk bertahan hidup ).
Menurut Marx, pembebasan manusia dari keteransingannya ini dapat tercapai apabila hak milik pribadi atas alat-alat produksi dihapus. Dengan demikian tercipta keadaaan tanpa hak atas milik pribadi ( sosialisme). Namun penghapusan ini tidak dapat dilakukan begitu saja. Sebagaimana hak milik atas alat-alat produksi muncul dari perkembangan historis, maka penghapusan ini tergantung pula pada syarat-syarat /hukum-hukum objektif. Maka. Marx melakukan penelitian syarat-syarat objektif penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan sosialisme. Dari latar belakang inilah akhirnya terbentuk sistem filsafat Marx yang dikenal sebagai materialisme sejarah


[3] Sebenarnya yang sangat berpengaruh membentuk konsep Karl Marx tentang filsafat sejarah adalah Hegel. Disamping hegel meninggalkan karangan tentang filsafat sejarah, konsep sejarah Hegel yang dimulai dari Roh absolute hingga manifestasi roh absolute pada rasionalitas manusia sampai dengan tatanan sejarah yang rasional dan kebebasan manusia sangat mempengaruhi pembagian fase sejarah Marx mulai komunal primitive sampai masyarakat komunis. F. Magnis Suseno, Ringkasan Sejarah Marxisme dan Komunisme…hal 9.


BAB III
FILSAFAT SEJARAH KARL MARX
Karl Heinrich Marx ( 1818-1883) adalah filosof Jerman yang pemikirannya telah menjadi inspirasi dasar “ Marxisme” sebagi ideologi perjuangan kaum buruh, yang menjadi komponen inti dari ideologi komunisme pemikiran Marx juga telah menjadi salah satu rangsangan besar bagi perkembangan sosiologi, ilmu ekonomi dan filsafat kritis. Pemikiran Mark tidak hanya tinggal diam di wilayah teori, melainkan ideologi yang di kenal ideologi Marxisme dan komunisme. Ideologi ini dalam sejarah telah menjadi kekuatan sosial politik. Dalam sejarah filsafat barat hanya Marx yang mengembangkan sebuah pemikiran yang pada dasar filosofis namun kemudian menjadi teori perjuangan gerakan pembebasan. Motor perubahan dan perkembangan menurut Karl Marx adalah pertentangan antara kelas-kelas sosial, bukan oleh individu-individu tertentu. Maka menurut Marx tidak tepat jika sejarah di pandang sebagai hasil tindakan raja-raja dan orang-orang besar lainya.
Apa yang di putuskan dan di usahakan oleh orang-orang besar yang dikenal dari buku-buku sejarah popular, meskipun tidak pernah tanpa kepentingan atau cita-cita. Dalam garis besarnya selalu akan bergerak dalam rangka kepentingan kelas mereka serta mencerminkan struktur kekuasaan kelas-kelas dalam masyarakat yang bersangkutan.
Tiga tahap filsafat sejarah Marx menggambarkan pola “ satu langkah ke belakang, dua langkah ke depan”. Komunitas-komunitas primitif harus di hancurkan terlebih dahulu sebelum satu komunitas bisa di buat lagi pada tingkat yang lebih sempurna. Materialisme histories menekankan bahwa tahap-tahap berurutan dalam penghancuran ini juga sebagai tenggang waktu. Ketika para produsen dengan cepat terpisah dari sarana-sarana produksi mereka, maka kerja mereka semakin produktif. Pemisahan ini berlangsung sangat ekstrim dalam kapitalisme yang notabene juga salah satu tahap dimana perkembangan kekuatan-kekuatan produksi mencapai tingkat yang paling tinggi.
Marx membedakan fase perkembangan masyarakat :
  1. Tahap pertama : Adalah masyarakat komunal primitif sebelum pembagian kerja dimulai.
  2. Tahap kedua-yang masih berlangsung : adalah tahap pembagian kerja sekaligus tahap kepemilikan hak pribadi dan hak keterasingan.
  3. Tahap ketiga : adalah tahap kebebasan yaitu apabila hak milik pribadi telah di hapus.
Jadi system hak milik pribadi bukan sebuah “ kecelakaan” melainkan tahap yang pasti dalam perjalanan umat manusia ke tahap kebebasan. Tahap hak milik pribadi tidak dapat di hindari karena pembagian kerja juga tidak bisa dihindari. Hanya melalui pembagian kerja umat manusia dapat menjamin keberlangsungan hidupnya. Maka meskipun keterasingan manusia dinilai negative, tetapi keterasingan tersebut merupakan tahap yang harus dilalui oleh umat manusia.
Menurut Marx masyarakat masa depan yang di idealkan adalah komunisme. Seperti yang di kutip oleh Fromm dalam Manuskrip II, Marx menegaskan bahwa : komunismne merupakan penghapusan kepemilikan pribadi secara positif yang merupakan apresrasi nyata dari watak manusia melalui dan untuk manusia. Komunisme pengembalian manusia sebagai makluk sosial yaitu pengembalian yang lengkap dan sadar yang mencampurkan semua kekayang dan perkembangan sebelumnya. Komunisme sebagai naturalisme yang paling maju adalah humanisme, dan humanisme yang paling maju adalah naturalisme. Tentang struktur mana yang mendukung atau memajukan kebebasan tindakan mereka semua.
Sejarah dalam pandangan karl marx bersifat progres/linier.[4]) Disebutkan dalam manifesto komunis bahwa sejarah umat manusia dulu dan kini adalah merupakan sejarah pertentangan kelas dimana motor perubahan dan perkembangan masyarakat adalah pertentangan antar kelas.[5]) Fase perkembangan sejarah masyarakat menurut Marx dimulai dari mesyarakat komunal primitive, masyarakat feodal, masyarakat yang sistemnya kapitalisme, masyarakat sosialis dan terakhir adalah masyarakat komunis.[6]


[4] Pemikiran ini sangat dipengaruhi ileh hegel. Hegel memahami sejarah sebagai gerak ke arah rasionalitas dan kebebasan yang makin besar. F. Magnis suseno, pemikiran Karl Marx, dari sosialisme utopis…hal 58.
[5] Menurut marx yang menentukan jalannya sejarah bukan individu- individu tertentu, melainkan kelas-kelas sosial yang masing-masing mamperjuangkan kepentingan mereka. Kepentingan mereka bukan apa yang kebetulan diminati oleh orang-orang tertentu, melainkan ditentukan secara obyektif oleh kedudukan kelas masing-masing dalam proses produksi. F Magnis suseno, pemikiran karl marx, dari sosialisme utopis…hal 125.
[6] Marx melihat bahwa dari lima tahap perkembangan sejarah yang dihampiri lewat analisis ekonomi itu, ditemukan adanya dua factor kunci yang mendasari segala proses didalamnya. Pertama adalah kekuatan produksi (orang, alat, bahan baku, pengalaman, teknologi). Yang kedua adalah  hubungan produksi (antar individu dengan individu juga antara individu dengan alam). F. Magnis suseno, Ringkasan Sejarah Marxisme dan Komunisme, Jakarta : Diktat STF Driyarkara, 1977…hal 25-26.  


Marx mengemukakan bahwa yang menentukan perkembangan masyarakat bukanlah kesadaran masyarakat, bukanlah apa yang dipikirkan masyarakat tentang dirinya tetapi keadaan riil masyarakat itu sendiri, kondisi dan situasi hidup masyarakat. Jadi bukan sesuatu yang abstrak yang ada ditataran kepala, yang bayangkan, dicita-citakan, tapi fakta-fakta /keadaan yang ada , proses hidup yang nyata. Cara manusia menghasilkan apa yang dibutuhkan untuk hidup itulah yang disebut keadaan masyarakat. Dengan demikian, keadaan masyarakat selain mempengaruhi perkembangan masyarakat juga mempengaruhi kesadaran masyarakat itu sendiri.
Keadaan masyarakat yang dimaksud adalah produksi dan pekerjaan manusia. Manusia ditentukan oleh produksi, baik hasil produksinya maupun cara berproduksi. Pandangan inilah yang disebut materialisme, yang berarti kegiatan dasar manusia adalah kerja manusia. Dalam hal ini pandangan Marx menerima Feurbach [7]) bahwa kenyataan terakhir adalah objek indrawi dalam pengertian objek indrawi ini dipahami sebagai kerja atau produksi. Namun perbedaan dari Feurbach adalah dunia indrawi yang mengelilinginya itu bukan sesuatu yangada begitu saja, melainkan alam merupakan produk dari industri dan masyarakat dalam arti alam adalah produk dari sejarah.
Kata meterialisme yang digunakan Marx bukanlah dalam arti filosofis sebagai kepercayaan bahwa hakekat seluruh realitas adalah materi, melainkan ia ingin menunjukan pada faktor-fakor yang menentukan sejarah yang terdapat dalam produksi kebutuhan manusia. Seperti dalam penjelasan sebelumnnya faktor-faktor ini mengacu pada keadaan manusia.
Istilah sejarah mengacu pada Hegel [8]) sebagai proses dialektis diterima Marx. Akan tetapi terdapat perbedaan pengertian. Sejarah dalam pengertian Marx adalah perjuangan kelas-kelas untuk mewujudkan kebebasan, bukan perihal perwujudan diri Roh, bukan pula tesis–anti tesis Roh Subjektif –Roh Objektif melainkan menyangkut kontradiksi-kontradiksi hidup dalam masyarakat terutama dalam kegiatan ekonomi dan produksi. [9]) Jadi untuk memahami manusia dan perubahannya tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia melainkan melihat segala hal yang berkaitan dengan produksi.
Begitu pula dengan kesadaran dan cita-cita manusia ditentukan oleh keadaannya dalam masyarakat dalam hal ini kedudukannya dalam kelas sosial. Sebagai contoh kaum buruh ( kelas proletar). Ketiadaan atas kepemilikan alat-alat produksi membuat buruh secara historis terpaksa tidak punya banyak pilihan bertindak. Tujuan dan kegiatan historisnya telah digariskan dalam keadaan hidupnya yang “bergantung” dari kemauan kelas pemilik alat-alat-produksi. Karena keadaan ini, cara produksi menentukan cara manusia berpikir. Dalam hal ini, cara berpikir buruh karena bergantung pada kelas atas adalah bagaimana untuk dapat bertahan hidup ( survive ). Sedangkan pada kelas atasnya adalah untuk menguasai sebanyak-banyak alat produksi. Dari hal tersebut dapat ditarik beberapa hal. Pertama, cara berproduksi menentukan adanya kelas-kelas sosial. kedua, anggota dalam kelas sosial menentukan kepentingan orang. ketiga, kepentingan menentukan apa yang dicita-citakan, apa yang dianggap baik buruk


[7] Menurut Feurbach, kenyataan indrawi yang konkret adalah Alam Material.Alam adalah dasar dasar terakhir dari kenyataan. Artinya serluru kenytaan dapat dikembalikan pada Alam Material sebagai sebagai kenyataan terakhir. F. Budi Hardiman, , Filsafat Barat Modern, Jakarta : Gramedia 2004 hlm 228.
[8] Hegel mengatakan bahwa sejarah adalah realitas, sebagai keseluruhan dan tidak terikat localitas. Proses Roh yang absolut menyadari dirinya sendiri. Roh absolut ini ketika telah memanifestasi ke alam lalu menemukan dirinya dalam rasionalitas manusia. Dalam masyarakat terjadi proses dialektis antar individu sehingga timbil kesadaran rakyat (volkgeist) totalitas dari volkgeist (seni, budaya, moralitas, pengetahuan manusia) memanifestasi pada negara. Pertarungan antar negara adalah suatu proses yang harus dilalui untuk terciptanya tatanan dunia (weltgeist). Melalui krisis dan kontradiksi sejarah ini, roh akhirnya menjadi mengenali dirinya kembali. F. Budi Hardiman, Filsafat Modern...hal 192.
[9] F. Budi Hardiman, , Filsafat Barat Modern, Jakarta : Gramedia 2004 hlm 240


Jika keadaan menentukan cita-cita dan kesadaran, maka bagi Marx, hidup rohani,agama, moralitas, nilai-nilai budaya , dll bersifat sekunder . Hal-hal tersebut bersifat primer karena hanya mengungkapkan keadaan primer, struktur kelas masyrakat dan pola produksi. Jika kita mengharapkan perubahan dalam masyarakat maka yang diperlukan adalah perubahan dalam cara produksi. Perihal hubungan lingkup kehidupan manusia ini dapat dibayangkan sebuah bangunan yang terdiri dari basis dan bangunan atas.
a. Basis/Dasar
Basis ( unterbau)ditentukan dua faktor. Pertama, tenaga-tenaga produktif yaitu kekuatan-kekuatan yang dipakai oleh masyarakat untuk mengerjakan dan mengubah alam. Ada tiga unsur yang termasuk tenaga-tenaga produktif: alat-alat kerja, manusia dan kecakapan yang dimiliki, dan pengalaman produksi. Kedua, hubungan-hubvungan produksi yaitu, hubunagn kerja sama atau pembagian kerja antara manusia yang terlibat dalam proses produksi. Hubungan-hubungan ini dalam pengertian struktur pengorganisasian sosial produksi. Misalkan pemilik modal dan pekerja. Hubungan-hubungan produksi selalu berupa hubungan kelas ( struktur kelas ). Karena struktur kelas ditentukan atas hak milik atas alat-alat produksi maka hubungan produksi ditentukan oleh hal yang sama juga.
Hubungan-hubungan produksi dalam basis selalu berupa struktur kekuasaan ekonomis. Hubungan produksi ditandai dengan fakta bahwa alat-alat produksi dikuasi oleh pemilik. Maka konflik antar kelas mewarnai hubungan dalam basis.
Selain itu, hubungan-hubungan produktif ditentukan oleh tingkat perkembangan tenaga produktif, tidak tergantung pada kemauan orang tetapi pada tuntutan objektif produksi. Sedangkan alat-alat kerja dikembangkan bukan menurut selera manusia melainkan di bawah tekanan produksi untuk semakin efisien. Jadi tingkat perkembangan produksi berdasarkan insting /naluri manusia untuk mempertahankan hidup.
b. Banguanan Atas
Bangunan atas (unberbau)terdiri dari dua unsur. Pertama, tatanan institusional yaitu: segala macam lembaga yang mengatur kehidupan bersama masyarakat di luar bidang produksi, semisal sistem negara dan hukum. Kedua, tatanan kesadaran kolektif memuat segala kepercayaan, norma-norma, dan nilai yang memberikan kerangka pengertian, makna, dan orientasi spiritual kepada manusia. Semisal pandangan budaya, seni, agama, dan filsafat.
Menurut Marx, Institusi-institusi, agama, moralitas, dll ditentukan oleh struktur kelas dalam masyarakat dan negara selalu mendukung kelas atas dan agama serta sitem lainnya memberi legitimasi atas kekuasaan kelas atas. Dengan kenyataan bahwa bidang produksi ( kekuasaan di bidang ekonomi ) dikuasai oleh pemilik alat-alat produksi maka, struktur-struktur kekuasaan politis dan ideologis dientukan oleh struktur hak milik juga. Inilah yang dimaksudkan dalam basis dan bangunan.
Melihat realita dilapangan memang demikian. Mereka yang berkuasa dalam ekonomi adalah pemilik modal (alat-alat produksi). Selain mereka menguasai ekonomi, ideologi dan politik pun mereka kuasai. Kepercayaan-kepercayaan dan sistem nilai semisal feodal atau ajaran yang diberikan para pemimpin agama menjadi sumber legitimasi bagi kekuasaan kelas atas.
Ketegangan antara kekuatan produksi yang terus berkembang seiring dengan tututan efisiensi dalam produksi dengan pola hubungan konservatif kelas atas dan bawah (kedudukan yangtidak seimbang) akhirnya membawa pada revolusi. Revolusi ini tidak disebabkan oleh negara sebagai agen perubahan. Dengan keberpihakan negara pada kelas atas maka negara tidak dapat diharapkan menjadi agen perubahan. Kelas bawahlah yang menjadi agen perubahan bagi dirinya sendiri. Usaha pertentang kelas bawah inilah yang dinamakan perjuang kelas, motor kemajuan sejarah.
Kelas bawah dapat melakukan perjuangnnya walau mendapatkan penindasan kelas atas karena perkembangan tenaga-tenaga produktif. Kepentingan ekonomi kelas penguasa untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya menjadi dorongan kelas penguasa untuk melakukan perbaikan, perluasan produksi serta rasionalisasi, efisiensi cara produksi yang pada akhirnya meningkatkan kemampuan tenaga produksi ( buruh /kelas bawah). Kemampuan yang terus bertambah ini akhirnya mendorong mereka untuk bersatu dan melakukan perlawanan. Sedangkan struktrur kekuasaan ekonomis tidak berkembang terlebih dengan usaha dari masing-masing anggota tiap kelas untuk memiliki kekuasaan sebesar-besarnya. Akhirnya beranjak dari situasi inilah revolusi terjadi dan kelas bawah dapat mengalahkan kelas atas.[10])


[10] . dalam sebuah teks karl Marx menyatakan “pada tahap tertentu perkembangannya tenaga-tenaga produksi material masyarakatbertentangan dengan hubungan-hubungan produksi yang adadengan hubungan-hubungan hak milik, didalamnya mereka sekarang bergerak. Dari bentuk-bentuk pengembangan tenaga produktif, hubungan ini sekarang berubah menjadi belenggu-belenggunya. Mulailah suatu tahap revolusi sosial. Dengan perubahan dasar ekonomis seluruh bangunan atas raksasa itu dijungkirbalikkan dengan lebih lambat atau lebih cepat”. F. Magnis suseno, Ringkasan Sejarah Marxisme dan Komunisme, Jakarta : Diktat STF Driyarkara, 1977…hal  25


BAB IV
KRITIK TERHADAP FILSAFAT SEJARAH KARL MARX
Banyak yang mengkritisi bahwa pemikiran Karl Marx tentang sejarah tidak tepat ketika di kontekskan dengan corak masyarakat selain eropa khususnya dengan corak masyarakat indonesia. Ketika kita menganalisis masyarakat dunia saat ini terutama pasca krisis ekonomi global 2007- 2008, seolah konsep kontradiksi Marx dalam sistem masyarakat kapitalis dan keruntuhan tatanan kapitalisme global menjadi nyata adanya. Kontradiksi- kontradiksi pasca krisis besar dan depresi ekonomi yang sekarang masih terjadi di eropa dan amerika serikat sekarang adalah pemantik diciptakannya sistem ekonomi global yang lebih Humanis.
Hal yang paling fundamental ketika merelevansikan pemikiran Karl Marx dengan konteks kekinian adalah pembacaannya tentang fase peralihan masyarakat. Dalam pengantar Das Kapital jilid pertama karl Marx mengatakkan bahwa ketika volume Das Kapital ini selesai banyak ilmuan jerman mengatakan bahwa sistem kapitalisme di Inggris yang diceritakan dalam Das Kapital tidak terjadi di negera Jerman, tapi Karl Marx menyatakan bahwa fase itu juga akan dilalui oleh Jerman. Indonesia, dimana pada tahun 1850-an masih sangat feodal, pada tahun 1900-an fase perkembangan masyarakatnya mulai memasuki fase masyarakat kapitalis. Dan saat ini fase masuknya sistem kapitalisme sudah memasuki tahap penuh di indonesia. Salah satu ciri dari masuknya sistem kapitalis di indonesia adalah beralihnya logika komunal menjadi logika jual beli, permintaan dan penawaran.
Apakah revolusi yang diramalkan karl marx ketika ada kontradiksi akan terjadi?. Fase peralihan dari sistem kapitalisme ke sosialisme menurut karl marx adalah keniscayaan.tesis ini berimplikasi bahwa perjuangan kelas dalam masyrakat pasti niscaya juga akan terjadi. Keniscayaan dalam sejarah berati sebuah evolusi masyarakat. Karl marx mengatakan setiap fase sejarah tidak bisa dilompati, misalnya dari fase feodal menuju fase sosialis, melainkan harus melalui fase kapitalisme lalu menuju sosialisme. Karena dalm teorinya karl marx perubahan sejarah terjadi karena  faktor perubahan alat produksi. Fase perubahan masyrakat tidak bisa dilompati tetapi bisa dipercepat atau diperlambat. Ciri- ciri masuknya fase kapitalis menuju sosialis bisa dilihat dari sistem negara kesejahteraan seperti yang terjadi di Eropa, misalnya jaminan kesehatan, tunjangan –tunjangan sosial untuk masyrakat. revolusi hanya akan terjadi ketika sistem kapitalisme sudah mutlak terjadi diseluruh dunia dan kontradiksi tidak bisa diatasi kecuali melibatkan seluruh masyrakat dunia.

Daftar Pustaka
Copleston, Federick, A History of Philosophy Volume: VII, New York : Image Books, 1994
Hardiman, F. Budi, Filsafat Barat Modern, Jakarta : Gramedia, 2004
Hardiman, F. Budi, Filsafat modern, dari machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta : Gramedia, 2007.
Ramly, Andi Muawiyah, Peta pemikiran Karl Marx, Materialisme dialektis dan materialisme historis, yogyakarta : LkiS, 2009.
Suseno, F. Magnis, Pemikiran Karl Marx, Jakarta : Gramedia, 1999
Suseno, F. Magnis, ringkasan sejarah marxisme dan komunisme, Jakarta: Diktat mahasiswa STF driyarkara, 1977.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar